Laman

karyaku

karyaku
kenangan untuk Nur, Akbar, Ikbal, Anisa, Yoga, Andi dan Sofia

karya sebelumnya

karya sebelumnya

Selasa, 06 Juli 2010

Menulis dengan Syaraf Penulisan

benar-benar adakah "syaraf penulisan" itu? Tanya saja pada wartawan, "Saat Anda sedang wawancara, elemen apa sajakah yang membuat Anda tegang?" Kalau wartawan muda akan mengatakan, "Saya tegang, saat harus memenej isi jawaban nara sumber, padahal disiplin ilmu yang saya wawancarai jauh sama sekali tak saya sukai!" Untuk mendengar dan memahaminya saja susah, apalagi menyimpannya dalam memori saya yang belum terlatih. Saat si wartawan ini ingat teori wawancara maka dia akan lebih tegang. Bagaimana tidak? Seniornya mengajarkan, wawancara akan sukses kalau kamu bisa melakukan (baca: memenej) beberapa hal di bawah ini secara simultan:

1. Menjaga kontak mata dengan nara sumber saat dia bicara.
2. Beri pujian (apresiasi) saat ia mengeluarkan statemen yang "menggigit" yang akan
membuat berita Anda jadi headline
3. Jangan keburu memutus omongannya saat dia sedang berapi-api beropini
4. Catat pertanyaan yang menganggu kepalamu dan tanyakan pada saat yang tepat
5. Kamu akan merusak atmosfir semangat nara sumbermu kalau kamu sibuk mencatat dan
melupakan kontak mata. Jangan pernah lepaskan kontak mata, senyum tulus
mengangguki kehebatan pikirannya,lhah, terus kapan mencatatnya --keburu lupa nih,
apalagi ini bukan bidang disiplin ilmuku-- kok rumit amat sih?
Wawancara memang melibatkan totalitas diri kita sebagai wartawan: skill memenej bahan yang mengalir, skill mengelola mata nara sumber, jam terbang wawancara, keterlatihan mental kita untuk tetap smoth di tengah tekanan mental. Itu semua berlangsungnya di dalam jiwa kita. Siapa pengelolanya?
Syaraf mental kita. Syaraf mental kita itulah penanggung bebannya. Tidak ada hal lain yang bisa melatih syaraf mental kita kecuali latihan dan latihan alias "jam terbang" berwawancara.
Begitu juga "syaraf penulisan" kita, semua itu merupakan proses mental. Syaraf penulisan yang tak terlatih --betapa pun kompetennya Anda di bidang disiplin ilmu Anda-- bisa porak poranda bila tak dilatih. Kejadiannya akan seperti kekacauan di perempatan jalan saat lampu "bangjo" pengatur lalu lintas mati dan di situ tak ada polisi bertugas.
Ada banyak cara menguatkan dan melatih "syaraf penulisan" kita, insya Allah kali lain kita bahas di forum ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar