Laman

karyaku

karyaku
kenangan untuk Nur, Akbar, Ikbal, Anisa, Yoga, Andi dan Sofia

karya sebelumnya

karya sebelumnya

Kamis, 08 April 2010

Menulis Cepat dengan Syaraf Penulisan

Tina, lagi broken heart. Pacarnya pergi meninggalkannya tanpa babibu. Hari itu, Tina baru pulang dari mengikuti sebuah seminar mengenai Kecerdasan Emosional. Sesampai di kamar kost, Siska, sahabatnya sekamar menyergahnya, "Hebat, pasti Tin seminarnya. Tularin, dong aku ilmunya!"
Tapi Tina membeku.
Semenit kemudian dia sudah tertelentang menatap langit-langit kamar.
Siska yang hapal kelakuan sohibnya, memilih putar balik. Sambil mendekat ke pembaringan dan memijit-mijit kaki Tina, Siska bertanya lagaknya seorang ibu,"yang kudengar di kampus tadi rupanya benar, kalian bubaran ya. Apa pun alibinya, aku di pihakmu Tin. Boleh aku tahu penyebabnya, Tin?" kata Siska sambil terus memijit.
Diperhatikan begitu, kali ini Tina mulai bereaksi. Ia bangkit, duduk sambil memeluk kedua lututnya. Seminggu ini, Tina merasa terpuruk sendirian, seolah ia tinggal di dunia ini tanpa teman. Sepi sekali nyatanya, dunia tanpa Tony. Meski kalau lagi bersama pun isinya melulu bertengkar.
Setelah lama Tina meledak, tumpah sudah semua tekanan batinnya, Siska menengadah ke tembok, "Sudah jam 02.00 malam Tin. Kumasakan air buat mandi ya?" Dan masih seperti gaya seorang ibu, Siska beranjak ke dapur, sementara Tina kembali berbaring. ia baru tersadar, sudah sejak magrib dia meledak, dan alangkah bersabarnya Siska mendengar.
***
Penggalan cerita di atas membuktikan, sama seperti "syaraf ngomong", sesungguhnya "syaraf penulisan" pun ada juga. Coba perhatikan, subyek yang ditanggap sama, Tina. Tina yang sedang BT. Tapi begitu beda pilihan "topik" yang ditanyakan beda pula tanggapannya.
Saat ditanya mengenai seminar tentang EI yang baru diikutinya, meski Tina bayar mahal untuk itu, tapi Tina tak terusik. Tapi begitu topik pertanyaan beralih ke cerita bubarannya dengan Tony, segera meledaklah dia.

Kata psikolog, manusia sebenarnya hanya menyukai dirinya sendiri. Coba perhatikan kalau habis wisuda atau seminar. Tidak mahasiswa, tidak Guru Besar, Profesor Doktor, begitu melihat foto-foto dipajang di depan pintu gedung, pasti yang akan dicari pertama-tama adalah fotonya sendiri. Kalau foto dirinya tidak ada, ya pacarnya, atau teman pacarnya. Pokoknya, kalau tidak darinya, ya yang dekat dengan dirinya.
hari ini, bagi Tina, apa yang selalu menghantuinya (obsesi-nya) adalah cerita bubarannya dengan Tony. Inilah daftar "masalah" yang mengganggu hatinya. tak ada bab lain yang menarik kecuali masalah bubarannya dengan Tony.
Maka begitu Siska mengalihkan pertanyaan ke arah itu, Tina meledak semalaman. Bayangkan dari magrib hingga pukul 02.00 pagi.
Apa yang menggerakkan semua itu?

Kepedulian, empati tulus, dan dorongan membantu. Itu yang selalu saya bilang, "energi interlegos" prihatin mendalam dan ingin ikut memperbaikinya.
Curhat mengalir berjam-jam, pertama didorong oleh empati Siska pada Tina. Tina pun meledak juga didorong oleh empatinya, pada diri sendiri. Saat empati, kepedulian, dan keprihatinan berakumulasi, maka proses "penumpahan beban" pun mengalir dengan deras bak air terjun.

Tahukah Anda bahwa "sesuatu" yang bekerja di balik itu semua adalah yang patut disebut "syaraf penulisan" tadi, yaitu ketika "luapan kepedulian" (komitmen) penuh, bergerak memberi energi untuk meledak, maka rawe-rawe rantas malang-malang putung, manusia jadi penuh daya menahan semua rintangan dan hambatan untuk tumpah dan menumpahkan.
Itulah yang mendorong saya, setiap kali ditanya tentang bagaimana cara atau strategi menulis cepat, saya lebih suka menjawab, tumbuhkan kepedulian. Mulailah dengan menulis bebas, curah acak, "buahi" setiap alinea, terutama saat mengalami kemacetan dengan pisau 5W=1H, sergap alinea yang macet tadi dengan pertanyan (apa, mengapa, siapa, dimana, kapan) jangan perdulikan teori tata bahasa, tapi luruskanlah kepedulian, penuhkanlah isinya, nanti segala macam elemen: diksi, intonasi, akan mengikut dengan sendirinya.
Syaraf penulisan hidupilah dengan kehidupan, jangan dengan teori, kecuali kalau anda ingin jadi kritikus sastra. Hadirkanlah kehidupan, kepedulian dan komitmen dalam setiap persoalan yang Anda geluti, nanti Anda akan melihat seperti apa dan bagaimana cara kerja syaraf penulisan Anda.

1 komentar: